Roman pinggiran, kabarfokus.id
Ketika pukul 9 malam seperti biasanya Su’ud dan Tarno menikmati santai di warung langganan mereka. Saat itu keduanya baru akan memulai obrolan.
“Sabar Tar… nyalakan korek itu mesti sabar.” Kata Su’ud kepada Tarno yang sulit menyalakan koreknya yang sepertinya agak macet.
“Ngomong sabar… iku gampang Ud yang sulit menjalani.” balas Tarno sambil terus berupaya menyalakan koreknya namun belum menyala.
“Biasanya orang ngomong sabar karena tidak merasakan sendiri. Atau ngomong sabar hanya terhadap orang lain. Tapi giliran ngomong sabar ke diri sendiri sulit atau gak mau” Celoteh Tarno sambil terus berupaya menyalakan korek dan kali ini bisa menyala.
“Alhamdulillah… akhirnya bisa aku sulut ini rokok” Ujar Tarno.
“Lha gitu nyala kan.. Koreknya” Timpal Su’ud
“Ia Tar sabar memang sejenis “kata” yang gampang terucap oleh manusia di bumi ini tapi sulit dijalani. Saya mungkin bilang sabar karena tidak menyalakan korek sepertimu”
“Coba kalau aku di posisimu kira kira bisa sabar gak… hahaha. Kata sabar itu sepertinya “sebuah mutiara” Tapi kayaknya sulit untuk diambil dari dasar lautan.” Ucap Suud sambil menepuk pundak temannnya.
Bersambung… . . .









