Roman pinggiran, kabarfokus.id
“Saat ini aku hanya ingin berbuat yang mungkin baik bagiku tapi mungkin tidak dianggap baik oleh orang lain.” Ujar Su’ud mengernyitkan dahi.
“Lha kenapa engkau tidak yakin dengan apa yang kau jalani Ud. Masak kamu harus menunggu penilaian orang lain. Agar kau yakin bahwa yang kamu jalani itu baik.” Kata Tarno sedikit memancing temannya untuk bercerita lebih.
“Bukan begitu Tar….Masalahnya kadang hati ini goyah ketika di tengah perjalanan. Padahal pada awalnya seolah yakin. Tapi ternyata hati ini berbelok.” Balas Su’ud
“Nah….ketika kamu masih di atas angin. Kamu tancap gas aja, seolah semua tidak akan habisnya. Tapi kini kita berdua baru sadar bahwa nasib orang siapa yang tahu.” kata Tarno mencoba mengingat memori lalu.
Kemudian kedua teman karib itu diam sejenak… dan melihat ke arah jalanan depan warung kopi. Menatap kosong lalu lalang kendaraan diantara bising deru bunyi klakson. Keduanya lalu menyeruput minuman masing masing. Su’ud dengan Teh Hangatnya dan Tarno dengan kopi hitam dan rokok di tangan.
“Aku sekarang mulai hati hati bicara dengan hati kecil atau bicara yang mungkin didengarkan orang lain kayak kamu ini.” ucap Su’ud
“Kenapa bro memangnya… . “tanya Tarno
“Begini….mungkin kali ini kita merasa mengalami hal paling sulit dan kita mengeluh berkeluh kesah. Tapi ternyata di kemudian hari malah kita mengalami hal yang lebih sulit lagi. Dan aku pernah mengalami hal itu.” Cerita Su’ud
“Lha… terus gimana.. memang sebagai manusia kita tidak pernah tahu apa yang terjadi esok.. Ud”.” Timpal Tarno
“Makanya kita harus belajar bersyukur Tar..dengan apa yang kita dapat dan kita punyai saat ini. Karena kita tidak tahu apa yang terjadi esok. Kita lebih ngeblangsak atau mungkin lebih happy dari hari ini” Ujar Su’ud tersenyum lebar
Kedua laki laki itu pun spontan tertawa….. Yang membuat pengunjung warkop lainnya sejenak memalingkan mata ke mereka.
Bersambung…..
