Ragam kabar, kabarfokus.id
Dunia perfilman Indonesia kembali diramaikan dengan kehadiran film berjudul “Lintrik,” sebuah karya yang mengangkat budaya Banyuwangi dan menyisipkan pesan moral tentang pentingnya keluarga.
Film ini diproduseri oleh Asye Berty Saulina Siregar, seorang tokoh yang dikenal peduli terhadap pelestarian budaya dan nilai-nilai keluarga. “Lintrik” hadir dengan alur cerita yang menarik, menggabungkan unsur budaya, drama keluarga, dengan sentuhan drama mistery dan thriller yang membuat penonton penasaran.
Film ini mengambil latar di Banyuwangi, sebuah daerah di Jawa Timur yang kaya akan tradisi dan keindahan alamnya. Tidak hanya sekadar menyajikan hiburan, Tetapi juga berfungsi sebagai pengingat bagi masyarakat tentang pentingnya menjaga diri dari hal-hal yang dapat merusak kehidupan.
Terutama melalui cara-cara yang modern dan terkesan tidak berbahaya. Asye Berty Saulina Siregar menjelaskan bahwa film ini menggunakan pendekatan budaya untuk mengingatkan masyarakat tentang bahaya “main api” dalam kehidupan.
“Kami ingin menyampaikan pesan ini melalui cara yang lebih dekat dengan masyarakat, yaitu melalui budaya. Kami berharap penonton dapat lebih mudah memahami dan meresapi pesan yang ingin kami sampaikan,” ujarnya.
Selain itu, pengambilan gambar di lokasi-lokasi menarik seperti Hutan Gombel dan rumah-rumah dengan arsitektur khas juga menjadi daya tarik visual yang kuat. “Kami berharap, setelah menonton film ini, orang-orang akan tertarik untuk mengunjungi Banyuwangi dan melihat langsung keindahan alam serta budayanya,” tambah Asye.
Salah satu poin penting yang ingin disampaikan melalui film “Lintrik” adalah tentang pentingnya keluarga dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. “Dalam film ini, kami ingin menyampaikan bahwa keluarga adalah fondasi utama dalam kehidupan. Ketika keluarga kuat, maka kita akan lebih mudah menghadapi berbagai tantangan,” kata Asye.
Film “Lintrik” juga menyoroti bagaimana pengaruh lingkungan dan zaman dapat memengaruhi anak-anak. Oleh karena itu, orang tua harus lebih waspada dan memberikan perhatian yang lebih kepada anak-anak mereka.
“Lintrik” bercerita tentang sebuah keluarga yang harus menghadapi berbagai persoalan yang kompleks. Konflik muncul akibat egoisme masing-masing anggota keluarga, yang pada akhirnya merusak hubungan mereka.
Namun, di tengah konflik tersebut, ada upaya untuk mencari solusi dan memperbaiki keadaan. Film ini juga menyinggung tentang praktik lintrik, sebuah tradisi yang masih ada di masyarakat Banyuwangi. Lintrik sering kali digunakan untuk tujuan yang tidak baik.
Film ini ingin mengingatkan masyarakat bahwa praktik-praktik seperti ini tidak baik dan sebaiknya ditinggalkan. Dengan kehadiran film “Lintrik,” diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga nilai-nilai keluarga dan melestarikan budaya lokal.
Film ini menjadi bukti bahwa budaya dan tradisi dapat menjadi media yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan moral yang penting bagi kehidupan. (LG)