Home / RAGAM KABAR

Selasa, 30 September 2025 - 07:44 WIB

Jagongan Rumah Literasi Digital: “Autisme Bukan Penyakit, Justru Punya Potensi”

Surabaya, kabarfokus.id

“Autisme bukanlah penyakit. “Autisme, atau Autism Spectrum Disorder (ASD), adalah kondisi neurodevelopmental yang memengaruhi cara seseorang berkomunikasi, berinteraksi, dan memproses informasi,”

“Dulu, deteksi autisme baru bisa dilakukan saat anak berusia tiga tahun. Sekarang, dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kita bisa mendeteksi sejak usia enam bulan,”

Hal ini dengan tegas dikatakan oleh Mohammad Cahyadi, saat membuka diskusi di Rumah Literasi Digital (RLD) Jagongan Bareng bertajuk “Autisme dan Kita” pada Senin (29/9/2025).

Kegiatan yang diikuti olah puluhan wartawan dan anggota komunitas ini, dihelat di markas Balai RW-RLD, Jl. Kaca Piring 6 Surabaya.

Kali ini RLD menghadirkan dua narasumber: Mohammad Cahyadi, Founder dan CEO Malang Autism Colors (MAC) dan Chusnur Ismiati Hendro, pemerhati isu autisme. Praktisi humas, Vety Veronica, bertindak sebagai moderator yang memandu jalannya diskusi.

Selain diskusi, Jagongan ini menjadi wadah edukasi yang membuka cakrawala baru tentang autisme, sebuah kondisi yang seringkali disalahpahami oleh masyarakat.

Selanjutnya Cahyadi mengatakan bahwa anak-anak dengan autisme mungkin menunjukkan perilaku yang berbeda dari anak-anak lain pada umumnya. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam berbicara atau memahami emosi.

“Namun, di balik perbedaan itu, mereka memiliki potensi unik dan kemampuan luar biasa yang perlu kita gali,” imbuhnya.

Sebagai Founder dan CEO Malang Autism Colors (MAC), Cahyadi menjelaskan bahwa lembaganya telah hadir sejak 2015 untuk memberikan layanan komprehensif bagi anak-anak dengan ASD. Layanan tersebut mencakup terapi harian, program asrama (boarding), hingga seasonal therapy.

Baca Juga  Video: Rumah Anggota DPR Eko Patrio Dijarah Massa

“Kami berdedikasi untuk membantu anak-anak ASD menjadi lebih mandiri dan siap menghadapi tantangan kehidupan sosial,” ungkap Cahyadi.

Selama ini, MAC menemukan bahwa banyak orang tua masih memiliki keterbatasan informasi tentang autisme. Oleh karena itu, Cahyadi menegaskan pentingnya edukasi yang berkelanjutan.

Salah satu poin penting yang mengemuka dalam Jagongan ini adalah pentingnya deteksi dini.

“Dulu, deteksi autisme baru bisa dilakukan saat anak berusia tiga tahun. Sekarang, dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kita bisa mendeteksi sejak usia enam bulan,” tutur Cahyadi.

Menurutnya, deteksi dini sangat krusial karena langkah selanjutnya bukanlah pengobatan, melainkan intervensi perilaku yang terstruktur.

“Dengan intervensi yang tepat, kita bisa membantu anak-anak ini untuk mencapai kemandirian sosial dan ekonomi di masa depan,” tegas Cahyadi.

Pada kesempatan ini, Cahyadi juga menyampaikan pesan penting yang disesuaikan untuk tiga kelompok orang tua dengan kebutuhan berbeda. Pertama, bagi mereka yang baru saja menjadi orang tua, ia menekankan pentingnya memperkaya diri dengan informasi seputar tumbuh kembang anak.

Kedua, bagi orang tua yang memiliki bayi berusia enam bulan, ia mengingatkan untuk selalu waspada terhadap perilaku yang berbeda dari biasanya dan tidak ragu berkonsultasi dengan ahli jika ada keraguan yang muncul. Kemudian yang terakhir, bagi orang tua yang anaknya sudah menjalani program intervensi, Cahyadi mendorong untuk terus aktif memantau perkembangan anak serta menjalin kolaborasi yang erat dengan tim terapis.

Baca Juga  Pemprov Jatim Pecahkan Rekor Muri Menjahit dan Membentangkan Kain Merah Putih

Sementara itu, Chusnur Ismiati Hendro menambahkan bahwa kesadaran masyarakat tentang autisme sangatlah penting.

“Dengan kesadaran yang tinggi dan keinginan untuk mencari solusi, kita bisa membantu anak-anak autisme mencapai potensi maksimal mereka,” ujarnya.

Ia juga menyinggunh peran teknologi dalam deteksi dini.

“Kita bisa mengembangkan aplikasi yang dapat mengidentifikasi potensi autisme pada anak-anak, bahkan sebelum mereka berkonsultasi dengan psikolog atau dokter,” jelas Chusnur.

Jagongan Bareng “Autisme dan Kita” merupakan salah satu wujud komitmen Rumah Literasi Digital (RLD) dalam memberikan informasi yang akurat dan relevan kepada masyarakat. RLD berharap, kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman dan kepedulian terhadap isu autisme di tengah masyarakat.

Sebagai tambahan, memasuki usianya yang ke-10, MAC mempersembahkan Malang Autism Colors (MACo) 2025 pada 25–26 Oktober 2025 di Malang Creative Center. Acara ini akan menghadirkan seminar, kampanye sosial, pameran karya, serta ruang ekspresi bagi anak dengan autisme.

Melibatkan dokter spesialis, terapis, akademisi, dan penggiat autisme, MACo 2025 tidak hanya menjadi perayaan ulang tahun, tetapi juga wujud pengabdian MAC untuk menghapus stigma, membuka ruang dialog, serta mendorong masyarakat agar lebih ramah dan inklusif terhadap anak ASD. ( AL)

Share :

Baca Juga

RAGAM KABAR

Tim dari Sejumlah Kota Antusias Ramaikan Festival Dayung Bengawan Solo

RAGAM KABAR

Gedung DPD RI perwakilan Jatim

RAGAM KABAR

Hidupkan Kembali Pesona Damar Kurung Lewat Kelas Seni Tradisional

RAGAM KABAR

Tidak Lagi Menjadi Pegawai yang Terabaikan, 562 PPPK Terima SK

RAGAM KABAR

Jagongan RLD: Platform Digital Layaknya Pedang Bermata Dua

RAGAM KABAR

Demi Dukung Anak Autis, Pemkot Malang Siap Kolaborasi dengan Malang Autism Center

RAGAM KABAR

Puluhan Korban Mafia Tanah di Malang, Lapor Polda Jatim

RAGAM KABAR

Surat Edaran Sound Horeg Terbit, Ini Aturannya