Lamongan, kabarfokus.id
Sebanyak 41 tim dari sejumlah Kota di Jawa Timur antusias meramaikan festival dayung tahunan Tejoasri. Yang berlangsung di sepanjang bantaran sungai Bengawan Solo, Desa Tejoasri, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan Jawa Timur, minggu sore(14/09/25).
Festival yang sudah berjalan di tahun ketiga ini cukup berbeda dan tahun sebelumnya, dimana pada tahun ini peserta lebih banyak datang dari luar daerah, seperti dari Kabupaten Pasuruan, Gresik, Sidoarjo, Bojonegoro, dan Tuban. Salah satu peserta yang menjadi pacu jalur dengan kostum Ultraman menjadi perhatian para penonton.
Aksinya unik dan menjadi penyemangat peserta dayung. Bahkan DJ dari Surabaya didatangkan untuk memeriahkan festival dayung Tejoasri.
Festival ini tidak hanya ditujukan untuk melestarikan olahraga tradisional, melainkan juga mampu menjadi pemantik potensi sosial budaya pariwisata hingga ekonomi di Kota Soto.
Bupati Lamongan Yuhronur Efendi mengapresiasi Desa Tejoasri yang konsisten dan terus berkembang dalam menginisiasi Festival Dayung Tejoasri. Tahun ini adalah tahun ketiga, tahun pertama digelar dari tingkat desa, tahun kedua berkembang menjadi tingkat Kabupaten, dan ketiga hingga tingkat provinsi.
“Tentu melalui kegiatan ini mampu menjadi pemantik potensi sosial budaya pariwisata hingga ekonomi masyarakat Lamongan,” tutur Pak Yes sapaan orang nomor satu di Lamongan ini.
Dari segi sosial budaya pariwisata, melalui festival ini masyarakat bisa melestarikan kejayaan Kabupaten dari era Kerajaan Majapahit, Kolonial, hingga peradaban Islam. Salah satu pendukung kejayaan tersebut adalah Bengawan Solo yang menjadi denyut nadi perekonomian masyarakat Tejoasri dan sekitarnya.
Lalu pada peningkatan ekonomi, acara ini melibatkan seratus lebih UMKM lokal dengan aneka ragam produksi khas Lamongan.
Kepala Dinas Dinas Kepemudaan dan Olahraga Provinsi Jawa Timur Hadi Wawan Guntoro yang hadir mewakili Gubernur Khofifah, mengatakan bahwa festival dayung Tejoasri adalah event yang lengkap.
“Saya sangat berterimah kaih kepada kepala Desa Tejoasri adanya sosial budaya yang tidak melupakan kearifan lokal masyarakat setempat, gotong royong masyarakat, semangat sehat dengan olahraga tradisional, dan keterlibatan UMKM untuk menggerakkan roda ekonomi masyarakat setempat” Ucap hadi
Kepala Desa Tejoasri, Yusuf Bachtiar, mengatakan bahwa festival ini bukan semata ajang olahraga atau hiburan, melainkan sebagai upaya menghidupkan kembali spirit kejayaan Bengawan Solo.
“Sungai Bengawan Solo bukan hanya jalur air biasa, tapi pernah menjadi denyut nadi ekonomi, pusat peradaban, dan sumber kehidupan bagi ribuan desa di sepanjang aliran bantaran Bengawan Solo. Selain itu, festival ini juga menjadi momentum untuk mengenalkan potensi Desa serta menguatkan identitas budaya masyarakat Bantaran Bengawan Solo”.tutup Yusuf (Rwijaya)














