Home / RAGAM KABAR

Sabtu, 6 September 2025 - 06:16 WIB

Kebun Binatang Surabaya: Apakah Bangkit Sebagai Wisata Modern Atau Tergerus Oleh Zaman?

Surabaya,kabarfokus.id

Kebun Binatang Surabaya (KBS), salah satu ikon wisata tertua di Indonesia yang telah berdiri sejak 1916, kini menghadapi tantangan serius di tengah upaya mempertahankan perannya sebagai pusat konservasi, pendidikan, dan pariwisata.

Di balik citranya sebagai destinasi favorit keluarga dan pelajar sebagai sebuah konservasi, KBS tengah berjuang menghadapi berbagai isu krusial, mulai dari overpopulasi satwa, keterbatasan fasilitas, hingga manajemen sumber daya manusia yang belum optimal.

Salah satu tantangan paling mendesak yang kini dihadapi KBS adalah over populasi satwa, terutama spesies seperti Komodo dan Jalak Bali. Saat ini, KBS memiliki sekitar 135 ekor Komodo, jauh melebihi kapasitas ideal yang tersedia.

Hal ini disampaikan oleh Singky Soewadji Ketua APECSI (Asosiasi Pemerhati dan Pecinta Satwa Indonesia), saat menggelar Jagongan Bareng bersama Rumah Literasi Digital (RLD), di Surabaya, Jumat (5/9/2025) yang dihadiri kabarfokus.id

“Over populasi akan berdampak pada kesejahteraan hewan yang menurun akibat ruang yang terbatas, konsumsi pakan yang meningkat, sehingga menambah beban biaya operasional, serta risiko penyebaran penyakit akibat kepadatan tinggi” Ujar Singky

Baca Juga  Ini Olahraga Receh Manfaat Besar

Singky menawarkan ada tiga solusi teknis utama untuk mengatasi over populasi tersebut.

1.Pelepasliaran ke habitat asli, dengan kajian ekosistem dan keamanan

2.Peminjaman atau hibah ke lembaga konservasi lain, dalam dan luar negeri

3.Eutanasia sebagai pilihan terakhir, dilakukan dengan pendekatan etis dan profesional.

Selain masalah satwa, Singky juga menyoroti aspek manajemen internal KBS Surabaya.Menurutnya, dari sekitar 200 pegawai, sekitar 60% merupakan mandor atau tenaga non-produktif yang tidak terlibat langsung dalam kegiatan konservasi atau pelayanan publik.

Hal tersebut menurutnya, menunjukkan perlunya, restrukturisasi organisasi, perlunya juga pelatihan ulang bagi tenaga kerja, serta modernisasi sistem manajemen berbasis teknologi, dan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan.

Namun di tengah berkembangnya wisata buatan dan digitalisasi sektor pariwisata, KBS dituntut untuk beradaptasi. Apakah KBS akan mampu bangkit sebagai kebun binatang modern dan edukatif, atau justru tergerus zaman dan ditinggalkan generasi muda.

Baca Juga  Video: Rumah Anggota DPR Ahmad Syahroni Dijarah Massa

KBS merupakan kebun binatang yang pernah terlengkap se-Asia Tenggara. Terdapat lebih dari 230 spesies satwa yang berbeda yang terdiri lebih dari 2179 ekor satwa. Termasuk di dalamnya satwa langka Indonesia maupun dunia terdiri dari Mamalia, Aves, Reptilia, dan Pisces.

Menurut Kus Andi, Ketua Himpunan Humas Hotel (H3) Surabaya Raya, KBS sebagai konservasi memiliki arti dan manfaat yang besar bagi lingkungan sekitar, termasuk dalam membangun sektor pariwisata.

“Harapan kami adalah terciptanya kemudahan-kemudahan antara pelaku hotel dan para pelaku wisata. Misalnya, dengan Kebun Binatang Surabaya (KBS), kami bisa melakukan kolaborasi yang saling menguntungkan,” ujar Kus Andi pada wartawan dan kabarfokus.id

Kolaborasi ini bisa berupa kebijakan khusus, seperti tamu hotel mendapatkan privilege atau harga spesial dari KBS. (AT)

Baca kabar lainnya di Media kabarfokus.id “Memaknai beragam hal

Share :

Baca Juga

RAGAM KABAR

Efisiensi Bisnis Naik 30%, Pelaku Usaha Ungkap Peran Galaxy AI & Gemini di Galaxy Z Series

RAGAM KABAR

Gubernur Jatim Akan Bentuk Tim Khusus Susun Regulasi Sound Horeg

RAGAM KABAR

Diduga Menghina Para Kyai dan Gubernur Jatim, Pemilik Akun Media Sosial Dilaporkan Ke Polisi

RAGAM KABAR

Polisi Gerebek Hotel Diduga Dipakai Pesta Gay, 34 Pria Diringkus

RAGAM KABAR

Khofifah Ajak Ribuan Siswa dan Guru Menjahit Serentak Bendera Merah Putih

RAGAM KABAR

Kodim 0825 Banyuwangi Sabet 3 Penghargaan Nasional di TMMD 125, Buktikan Sinergi TNI dan Masyarakat

RAGAM KABAR

Inilah Keutamaan Memperingati Maulid Nabi Muhammad

RAGAM KABAR

Sam Legowo dan Panggilan Jiwa Jurnalisme